Menjual Air Minum


Menjual Air Mineral dan Shuttlecock di RW 08 Kelurahan Cipadung Kulon

Usaha yang kami lakukan ialah berdagang air mineral gelas dan shuttle cock. Walaupun keuntungan yang diperoleh dari usaha ini tidak terlalu besar, namun yang kami amati dari usaha ini adalah peluang pasar. Pertama, kebutuhan akan shuttle cock ketika orang melakukan olah raga bulu tangkis sudah barang tentu bukan lagi kebutuhan sunnah (skunder), melainkan kebutuhan yang primer karena pada dasarnya permainan bulu tangkis atau badminton itu tidak akan bisa berjalan tanpa shuttle cock dan racket. Yang kedua, setelah orang melakukan aktivitas fisik, misalnya olah raga, orang tersebut secara normal akan mengalami dehidrasi yang ditandai dengan kehausan, solusi untuk mengatasi dehidrasi tiada lain adalah minum, baik itu meminum isotonik maupun air mineral biasa. Melihat peluang pasar tersebut, maka kami mencoba menjual air mineral dan shuttle cock.
Beberapa tahapan dalam usaha ini:
1.      Kami mencari tempat penjualan air minum kemasan (air mineral gelas) perdus;
2.      Bertanya kepada teman yang gemar berolah raga bulu tangkis mengenai merek shuttle cock yang bagus dan sering digunakan oleh para pemain di lingkungan target;
3.      Selanjutnya menanyakan harga dan tempat penjualan shuttle cock yang agak miring;
4.      Langkah selanjutnya kami berkoordinasi juga dengan ketua kelompok bulu tangkis itu;
5.      Dan meminta izin untuk memasarkan dagangan kami;
6.      Dan mulai memasarkannya.






Tabel Aliran Uang Bulan Juni, Juli, dan September 2011



 




Dari tabel di atas terlihat bahwa ada perbedaan nilai keuntuhan yakni pada baris ke dua terakhir adalah Rp.112375,- sedangkan pada baris terakhir tertera Rp.81500,-. Hal ini terjadi karena pada baris teakhir nilai tersebut menunjukkan keuntungan bersih dari usaha kami, sedangkan dari nilai baris kedua terakhir menunjukkan keuntungan dari hasil penjualan saja tanpa memperhitungkan kerugian produksi. Kerugian produksi selalu saja terjadi. Bagaimana tidak, karena tidak mungkin barang yang kita produksi atau barang yang kita beli untuk dijual kembali terjual secara keseluruhan. Sudah tentu ada barang yang masih tersisa. Sehingga dari selisih kedua nilai tadi diperoleh suatu nilai rugi produksi sebesar Rp.30875,-. Bisa kita bayangkan dari usaha yang modalnya Rp.65000,- saja sudah terdapat rugi produksi sebesar 47,5 % bayangkan jika perusahaan yang lebih besar modal awalnya. Maka dari itu kami menyadari akan kekurangan kami dalam menjalankan usaha kami. Dan kedepannya kami berharap bisa memperbaikinya. Namun disamping itu kami pun tidak berkecil hati karena dari hasil penjualan itu diperoleh keuntungan bersih sebesar 125% dari modal awal

Komentar

Postingan Populer