Kalkulus dalam Mekanika
Bab I Pendahuluan
- Latar Belakang
Beberapa orang percaya bahwa matematika merupakan induk
dari segala ilmu. Hampir setiap permasalahan baik yang accountable maupun
yang bersifat predictable mampu dipecahkan. Setiap permasalahan dicari
solusinya menggunakan rumusan dan notasi tertentu. Misal masalah statistik,
peluruhan, pertumbuhan penduduk, dan lain-lain.
Berakar dari fakta tersebut maka keberadaan matematika
sangat cocok dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Contoh,
digabungkan dengan ekonomi, ilmu hisab, ilmu astronomi, fisika, biologi, dsb.
Masalah yang terdapat dalam kajian (disiplin) ilmu-ilmu menjadi lebih mendekati
kearkuratannya jika kita menggunakan perhitungan matematika. Menggunakan metode
ini memang sedikit lebih sulit karena menyangkut perhitungan, bahkan pada
masyarakat tertentu hal-hal yang bersifat predictable kadang-kadang
dipecahkan secara mistis, alih-alih matematika. Namun penggunaan matematika
dalam ilmu-ilmu tersebut justru akan memberikan hasil yang lebih ilmiah dan
logis.
Berkaitan dengan hubungan antara matematika dan ilmu
pengetahuan lainnya, fisika memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahakan
dengan matematika. Keterkaitan itu ditunjukan dengan hampir setiap permasalahan
fisika memerlukan pemecahan secara matematis. Hubungan yang erat itu juga
ditunjukan oleh keterkaitan antara disiplin ilmu fisika-matematika, salah
satunya mekanika-kalkulus. Persoalan mekanika bisa diselesaikan menggunakan
kalkulus maupun konsep fisika itu sendiri. Bahkan pada subjek tertentu kita
akan mampu memprediksikan sesuatu yang sulit menjadi lebih mudah ketika
menggunakan kalkulus (misalnya: masalah kecepatan sesaat). Maka dari itu
penulis terdorong untuk menyusun sebuah makalah yang berjudul Kalkulus dalam
Mekanika.
- Rumusan Masalah
- Dalam hal apa saja hubungan kalkulus dengan mekanika?
- bagaimanakah dalam penerapan hubungan tersebut?
- Tujuan
- Menjelaskan hubungan antara kalkulus dan mekanika;
- Menjelaskan penerapan hubungan kalkulus dengan mekanika.
Bab II Pembahasan
Kalkulus dalam
Mekanika
Mekanika bersasal dari bahasa Latin mechanicus,
dari bahasa Yunani mechanikos, “Seseorang yang ahli di bidang mesin”.
Mekanika adalah jenis ilmu khusus yang mempelajari fungsi dan pelaksanaan
mesin, alat atau benda yang seperti mesin. Mekanika merupakan bagian yang
sangat penting dalam ilmu fisika terutama ahli sains dan ahli teknik. Mekaika
juga berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda, serta efek gaya dalam gerakan itu.
Mekanika terbagi ke dalam dua bagian, yakni kinematika
dan dinamika. Kenematika ialah cara menyelidiki dan menyatakan gerak benda
tanpa memandang sebab musababnya misalnya kelajuan, perpindahan, kecepatan dan
percepatan. Sedangkan dinamika adalah adalah cabang ilmu mekanika yang mencari
hubungan gaya
dan gerak, atau dalam artian penyebab terjadinya suatu gerakan.
- kecepatan
Untuk mempermudah pembahasan terlebih dahulu kita akan
memperlakukan setiap benda sebagai sebuah titik. Sehingga posisinya dapat
dengan mudah digambarkan atau dengan kata lain benda tersebut dianggap sebagai
partikel. Dalam mengamati gerak sebuah partikel kita mencatat letak partikel
sebagai sebuah fungsi. Berapa cepat letak benda berubah kita sebut kecepatan
benda. Kita yatakan laju perubahan letak ini dalam dua pengertian yaitu kecepatan
rata-rata dan kecepatan sesaat. Kecepatan benda dalam selang waktu tertentu
ditulis
Kita sering ingin mengetahui nilai kecepatan pada suatu
saat tertentu. kita perkecil terus hingga menjadi nol. Ini kita nyatakan
secara kuantitatif, dengan mencarinya menggunakan kalkulus yakni limit dan
turunan.
Atau yang lebih kita kenal dengan kecepatan sesaat. Jika kita
gambarkan persamaan kecepatan sesaat maka akan terbentuk grafik
Kemiringan dapat positif (x bertambah) atau
negatif (x berkurang); dengan demikian, dalam gerakan satu dimensi,
kecepatan sesaat mungkin bernilai positif maupun negatif. Besarnya kecepatan
sesaat dinamakan kelajuan sesaat.
- Percepatan
Bila kecepatan sesaat sebuah partikel berubah seiring
dengan berubahnya waktu, partikel dikatakan dipercepat. Percepatan rata-rata
utuk suatu selang waktu tertentu didefinisikan sebagai
rasio, dengan yang mengukur laju
perubahan kecepatan terhadap waktu, yang dinyatakan dengan a. Jika kita
buat mendekati nol maka akan diperoleh
,
berupa turunan
kedua dari fungsi posisi dan turunan pertama kecepatan.
- Kinematika Gerak
- Gerak Vertikal
Jika sebuah benda dilemparkan ke atas (atau ke bawah)
dari suatu ketinggian awal meter dengan kecepatan awal m/s dan jika s
adalah ketinggian dari permukaan tanah dalam meter setelah t second,
maka: sebelum kita menyelesaikan permasalah tersebut kita bisa memilih cara
yang akan digunakan. Karena permasalah itu bisa digunakan dengan rumus fisika
maupun dengan persamaan kalkulus.
Jika kita menggunakan rumus fisika maka kita harus
memasukan nilai nilai tersebut ke dalam:
Tentu ini akan lebih praktis ketimbang kita menggunakan
pemecahan menggunakan kalkulus. Tetapi ini masalah selera, jika kita ingin
menggunakan kalkulus kita bisa melakukannya dengan beberapa tahap. Yakni
sebagai berikut:
Dalam percobaan di dapat bahwa sebuah benda yang jatuh
kebawah dan dilempar ke atas akan mengalami percepatan masing masing -16 dan
+16. tanda positif dan negative terjadi karena percepatan bumi selalu mengarah
ke pusat bumi. Maka benda yang bergerak searah percepatannya akan bernilai
positif sedangkan benda yang bergerak berlawanan arah akan mendapat percepatan
negative (perlambatan). Sehingga
atau untuk perpindahan
yang sangat kecil karena benda bergerak keatas. selanjutnya kita ingin
mengetahui kecepatan benda dengan cara mengintegralkan fungsi tersebut terhadap
waktu dt
pada saat maka nilai sehingga fungsi
kecepatan menjadi
Masukan nilai percepatan yang kita punya kedalam persamaan
Untuk mencari ketinggian benda kita dapat mengintegralkannya kembali
Pengintegralan karena seperti yang didapat
dari perhitungan merupakan nilai pasti (konstanta).
Pada saat maka
Sehingga
Setelah mendapat persamaan yang diinginkan langkah selanjutnya
adalah mensubtitusikan nilai-nilai yang diketahui.
- Gerak Horizontal dengan Percepatan Nol
Jarak adalah kedudukan antara satu titik terhadap titik
yang lain. Maka apabila suatu benda dengan kecepatan v sejajar dengan
bidang datar hubungan antar parameternya adalah
t = waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak x tadi. Bila dianggap
kecepatan konstan, kita peroleh
,sehingga
, pada selang waktu yang sangat singkat persamaan tersebut
menjadi
, yang merupakan
sebuah turunan fungsi jarak terhadap waktu.
Jarak tempuh benda selama selang waktu dt kita integralkan
kecepatan terhadap waktu.
C1 dan C2 dicari dengan kondisi pembatas (pada saat t =0) x=0 karena
belum terjadi perpindahan. Sehingga
- Gaya dan Gerak (Dinamika)
- Gaya
Gaya adalah suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda
dipercepat. Besarnya gaya diperoleh dari operasi
perkalian antara massa benda dan percepatan yang
dihasilkan gaya.
Massa adalah
sifat intrinsik sebuah benda yang mengukur resistansinya terhadap percepatan.
Secara matematis hubungan antara massa,
percepatan menurut hukum kedua Newton
adalah
Penjumlahan gaya
menggunakan prinsip penjumlahan vector, yakni i + j + k dan untuk mencari
vector besarannya kita gunakan rumus
Fr = Resultan gaya
q = sudut apit antara kedua gaya
- Gaya Pegas
Sistem pegas sederhana (lihat gambar) terdiri dari satu massa m yang
digantung dari sebuah pegas dan pegas itu sendiri digantung vertikal dari suatu
kedudukan. Sisitem ini berada dalam posisi kesetimbangan ketika dalam
kondisi diam. Massa tersebut kemudian digerakan
melalui salah satu atau lebih cara-cara berikut: memindahkan massa
tersebut dari posisi kesetimbangannya, memberikan kecepatan awal, atau
memberikannya suatu gaya
F (t).
Hukum Hooke: Gaya
pembalik F dari sebuah pegas adalah sebanding dan berlawanan dari gaya-gaya
yang diberikan pada pegas-pegas tersebut dan proporsional terhadap perpanjangan
(pengerutan) l dari pegas tersebut sebagai akibat dari gaya yang diberikan; artinya F = -kl, di mana
k melambangkan konstanta proporsionalitas, yang umumnya disebut konstanta
pegas.
Misalnya sebuah bola besi seberat 128 lb/ft digantung
dari sebuah pegas, yang mengakibatkan pegas merenggang 2 ft dari panjang
alaminya. Gaya
yang mengakibatkan perpindahan sejauh 2 ft adalah berat dari bola tersebut, 128
lb. Jadi, F = -128 lb. Menurut hukum Hooke -128 = - k (2), atau k
= 64 lb/ft.
Untuk memudahkan, kita memilih arah ke bawah sebagai
arah positif dan menggunakan pusat gravitasi dari massa pada kondisi kesetimbangan sebagai
titik nol. Kita asumsikan bahwa massa dari pegas itu sendiri sangat kecil
sehingga dapat diabaikan dan bahwa hambatan udara, jika ada, adalah
proporsional dengan kecepatan massa. Jadi, pada setiap waktu t, terdapat
tiga gaya yang bekerja pada sistem: (1) F(t),
yang diukur ke arah positif; (2) gaya pembalik
yang diberikan oleh hukum Hooke sebagai Fs = - kx, k
> 0; dan (3) suatu gaya
yang disebabkan oleh hambatan udara yang diberikan oleh Fa = ax,
a > 0, di mana a adalah konstanta proporsionalitas. Perhatikan
bahwa gaya pembalik Fs selalu
bekerja ke arah yang akan memberikan tendensi kepada sistem untuk kembali ke
posisi kesetimbangan: jika massa berada di bawah
kondisi kesetimbangan, maka x adalah positif dan – kx adalah negatif;
sedangkan jika massa
berada di atas posisi kesetimbangan, maka x adalah negatif dan – kx
adalah positif. Perhatikan juga bahwa karena a > 0 gaya
Fa yang disebabkan oleh hambatan udara bekerja ke arah yang
berlawanan dari kecepatan sehingga memberikan tendensi untuk menghambat, atau
meredam, gerakan massa.
Dengan demikian dari hukum II Newton
, atau
.....(a)
jika sistem dimulai pada t = 0 dengan kecepatan awal v0
dan dari posisi awal x0, kita juga memiliki kondisi-kondisi
awal
…..(b)
Gaya gravitasi tidak muncul secara eksplisit dalam (a), tetapi tetap
ada. Kita telah mengkompensasi gaya
ini dengan cara mengukur jarak dari posisi kesetimbangan pegas. Jika gravitasi
ini ditampilkan secara eksplisit, maka jarak harus diukur dari titik bawah panjang
alami pegas. Artinya, gerakan vibrasi pegas dapat dituliskan sebagai
Jika titik pusat, x = 0, adalah titik awal dari pegas sebelum
massa m
digantungkan.
- Gaya Apung (Mekanika Fluida)
Perhatikan sebuah benda dengan massa
m yang dicelupkan penuh atau sebagian dalam suatu cairan dengan massa jenis. Benda yang demikian mengalami dua gaya,
gaya ke arah bawah yang disebabkan oleh gravitasi
dan gaya
penangkal yang diatur oleh:
Pinsip Archimedes: Suatu benda dalam cairan mengalami
gaya apung ke
atas yang setara dengan berat cairan yang dipindahkan oleh benda tersebut.
Kesetimbangan terjadi ketika gaya
apung dari cairan yang dipindahkan memiliki besar yang sama dengan gaya gravitasi pada benda
tersebut. Pada gambar ditunjukan situasi sebuh selinder dengan jari-jari r
dan tinggi H dimana h unit dari tinggi selinder tersebut tercelup
dalam kondisi kesetimbangan. Pada kondisi kesetimbangan, volume air yang
dipindahkan oleh selinder adalah , yang memberikan gaya
apung sebesar yang harus sama dengan
berat selinder . Jadi,
Pergerakan akan terjadi ketika selinder dipindahkan dari
posisi kesetimbangannya. Secara sembarang kita mengambil arah ke atas sebagai
arah positif x. Jika selinder terangkat keluar dari air sebeasar x(t)
unit maka silinder tersebut tidak lagi berada dalam kesetimbangan. Gaya ke bawah atau negatif pada benda yang demikian tetap
sebesar mg, tapi gaya
apung atau positifnya berkurang menjadi. Menurut hukum kedua Newton
Jika persamaan pertama dimasukan ke dalam persamaan ini, kita dapat
menyederhanakannya menjadi
, atau
- Gerak Jatuh Bebas
Gerak jatuh bebas dapat diartikan dengan gerakan suatu
benda dari keadaan diam kemudian dilepaskan sehingga mendapat percepatan
gravitasi dan kecepatan awal nol. Anggaplah suatu benda dengan massa m yang jatuh secara
vertikal diperngaruhi hanya oleh gravitasi dan suatu hambatan udara yang
proporsional terhadap kecepatan benda tersebut. asumsikan bahwa gravitasi dan massa tetap (konstan)
untuk kemudahan tentukan arah ke bawah sebagai arah positif (karena searah
dengan percepatan gravitasi).
Hukum II Newton: Gaya
neto yang bekerja pada benda sebanding dengan laju perubahan momentum benda
tersebut; atau, untuk massa
konstan,
dimana F adalah gaya
netto pada benda dan v adalah kecepatan benda keduanya pada waktu t.
Untuk soal yang dihadapi ini, ada dua gaya yang beraksi
pada benda; (1) gaya gravitasi karena berat benda w, yang sama dengan mg,
dan (2) gaya karena hambatan udara –kv, dengan k ³ 0 adalah suatu konstanta proporsionalitas. Tanda minus diperlukan
karena gaya ini melawan keceapatan; artinya, gaya ini bekerja ke arah
atas, atau negatif. Dengan demikian, gaya
netto F pada benda adalah F=mg–kv. Dengan memasukan nilai ini
kedalam persamaan Newton,
kita memperoleh
, atau
sebagai persamaan gerak benda.
Jika hambatan udara dapat diabaikan atau tidak ada, maka
k = 0 sehingga persamaan diatas disederhanakan menjadi
Ketika k > 0, kecepatan limit didefinisikan oleh
- Momentum dan Impuls
1.
Momentum
Momentum sebuah partikel
didevinisikan sebagai hasil kali massa
dengan kecepatannya:
Momentum adalah besaran vektor.
Momentum sebuah partikel dapat dipandang sebagai ukuran kesulitan untuk
mendiamkan sebuah partikel. Hukum kedua Newton
dapat ditulis dalam kaitannya dengan momentum partikel. Dengan mendifferensialkan
persamaan di atas, kita mendapatkan
Dengan mensubtitusikan gaya untuk ma
didapatkan
Jadi gaya netto yang bekerja pada partikel sama
dengan laju perubahan momentum linier partikel terhadap waktu. Pernyataan
Newton yang asli tentang hukumnya yang kedua sebenarnya adalah dalam bentuk
ini.
Untuk sistem partikel banyak momentum
total sistem P adalah jumlah momentum masing-masing partikel.
2.
Impuls
Impuls I dari gaya
adalah vector yang didefisikan oleh
Dengan menganggap bahwa F adalah gaya
netto dan dengan menggunakan hukum kedua Newton
kita dapat melihat
bahwa impuls sama dengan perubahan momentum total selama selang waktu itu
- Kerja
Kita sekarang akan menggunakan sebuah penggunaan
integral tertentu, yang tidak menyangkut panjang, luas atau volume. Dalam
fisika kita tahu bahwa jika suatu benda bergerak sejauh d sepanjang suatu
garis, sedangkan ada gaya
F yang konstan yang menggerakan benda itu dengan arah yang sama dengan arah
gerak benda tersebut, maka kerja W yang dilakukan oleh benda tadi adalah :
Andaikan digerakan sepanjang sumbu x dari titik x
= a ke titik x = b. Andaikan gaya
yang menggerakan benda yang berada di x adalah F(x) dengan
F sebuah fungsi yang kontinu. Untuk mendapatkan besar kerja yang
dilakukan kita gunakan metode potong-potong, aprodsimasi, pengintegrala.
Dalam hal ini, kita harus mengartikan potong-potong sebagai
mempartisikan selang [a,b] menjadi selang-selang bagian, aproksimasi disini
berarti bahwa pada selang [x, x+ Dx]; gaya konstan dengan nilai F(x)
sehingga kerja yang dilakukan adalah F(x)Dx, integralkan berarti jumlahkan
semua kerja pada masing-masingdan kemudian ditarik limitnya dengan membuat menuju nol.
Dengan demikian dapatlah kita simpulkan kerja yang dilakukan untuk
menggerakan benda dari a ke b adalah
Mialkan kerja pada pegas, dengan menggunakan Hukum Hook yang berlaku
dalam fisika, gayayang diperlukan untuk menarik/menekan pegas sejauh x satuan
dari keadaan alami adalah
Di sini, k konstanta dan disebut sebagai konstanta pegas, k
adalah positif dan tergantung pada sifat sifat pegas itu. Makin keras pegas
makin besar nilai k.
Kerja yang dilakukannya adalah
Komentar
Posting Komentar