MODEL-MODEL MENGAJAR DAN APLIKASINYA
A. Pengertian Model Mengajar
Bagi orang awam barangkali mengajar dan mendidik tak
jauh berbeda yakni menyampaikan pengetahuan dari guru kepada siswa. Seorang
guru cukup berceramah atau memberikan tugas kepada siswa sehingga siswa mampu
memperoleh nilai yang baik. Atau menerangkan suatu mata pelajaran
sejelas-jelasnya dengan berbagai metode yang digunakan. Tentu saja definisi
secara benarnya tidaklah sesempit itu.
Seorang pakar pendidikan sekaligus psikolog, Muhibbin
Syah (1995:183) mendefinisikan mengajar dalam tiga pengertian “Dalam pengertian
kuantitatif, mengajar berarti the transmission of knowledge, yakni
penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan
bidang studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Sedangkan
secara kualitatif, mengajar berarti upaya membantu memudahkan kegiatan belajar
siswa. Dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa sesuai
dengan konsep kualitatif, yakni agar siswa belajar dalam arti membentuk makna
dan memahaminya sendiri…”. Selain itu pengertian mengajar juga bisa dilihat
secara institusional, yakni “…penataan segala kemampuan mengajar secara
efisien. Dalam pengertian ini, guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan
berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda bakat,
kemampuan, dan kebutuhannya.”
Menurut Dahlan (1990), model mengajar dapat diartikan
sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum,
mengatur pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas… Sehigga
proses pembelajaran menjadi teratur dan
mempermudah guru dalam mengatur hasil yang diinginkan. Dan pada akhirnya
tercapailah tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut Dian Sukmara (2007:92) model mengajar
dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun
kurikulum mengatur materi peserta didik dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.
Dalam memilih suatu model mengajar hendaknya disesuaikan
dengan potensi siswa, daya dukung, lingkungan sekolah yang ada, keterampilan
guru dan pandangan hidup yang dihasilkan dari proses kerjasama dilakukan antara
guru dan peserta didik.
B. Macam-macam Model
Pemrosesan Informasi dan Model Pengajaran Pribadi
1.
Model
Pemrosesan Informasi (Information Processing Model)
Model Information Processing
adalah sebuah istilah yang diambil dari peristilahan komputer yang digunakan
untuk mengembangkan aktivitas mental siswa dalam menerima informasi, mengolah
informasi,dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari.(Muhibbin Syah
:190). Contohnya, suara, gambar, dan gerakan yang diterima oleh aspek kognitif
siswa.
Aspek kognitif siswa merupakan
aspek yang paling penting, karena aspek kognitif ini merupakan dasar
berkembangnya aspek-aspek yang lainya (afektif dan psikomotor).
Model pemrosesan informasi ini
dikembangkan dengan model pengembangan kapasitas berfikir yang diilhami oleh
metode klinis ciptaan Jean Piaget (1896-1980). Pengembangan kapasitas berfikir
ini diarahkan pada
pengembangan-pengembangan yakkni : Daya cipta akal siswa, berfikir kritis
siswa, penilaian mandiri siswa/dan juga pengembagan,dan sosio-emosional siswa.
Model ini memiliki langkah langkah
atau syntax sebagai berikut :
·
Langkah
Konfrontasi , yakni guru ketika akan mengajar mengahadapkan siswa pada suatu
permasalahan yang menarik, menantang, penuh teka-teki, serta belum pernah
ditemukan oleh siswa sebelumnya (Dahlan :1990). Contoh: ketika air yang
dicampur dengan bensin dalam suatu gelas, kemudian dicelupkan api kedalam api
maka api tersebut akan menyala seketika.
·
Langkah
Inquiri, yakni penggunaan intelektual siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan
cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep kedalam sebuah tatanan yang
menurut siswa itu penting (Barlow : 1985). Pada
langkah ini guru menggali dan
menilai respons para siswa dalam cara probing, umpamanya dengan cara bertanya untuk
meyakinkan benar salahnya sesuaatu yang telah dikemukakan para siswa. Guru juga
bisa melakukan counter suggestion dengan menayakan alas an-alasan mengapa siswa
menjawab seperti itu. Langkah ini termasuk langkah yang modern dan dapat
mangapus tuduhan bahwa lembaga (sekolah) adalah pencipta kultur. Sehingga
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkanpun bersifat kreatif dan inovatif,
seperti: mengapa? dan bagaimana?
·
Langkah
Transfer,yakni informasi yang telah diterima siswa dari luar kemudian dapat
digunakan dalam memecahkan suatu permasalahan yang guru hadapkan. Selainiru
suswa dapat mentransfernya atau menerangakannya kembali pada siswa yang
lainnya. Tujuan dari langkah ini yakni mengaplikasikan kemampuan ranah ciptanya
untuk memecahkan masalah-masalah dan menyelesaikan masalah lain yang dihadapi,
baik sekarang maupun dimasa yng akan datang.
2.
Model
Personal ( Pengembangan pribadi )
Langkah ini berorientasi pada
pengembangan pribai siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah
ras, terutama fungsi emosional. Model ini dikembangkan dengan model nondirktif
yakni model yang dirancang secara sederhana untuk membantu mempermudah proses
belajar siswa secara umum dalam arti tidak ditunjuk pada aktivitas belajar
materi tertentu. Jadi model ini hanya bersifat bimbingan dan penyuluhan dalam
mengantisipasi dan mengatasi kesulitan delajar siswa, juga untuk meningkatkan
efektivitas dan afisiensi belajar siswa tang dianggap bermasalah. Teknisnya
yaitu dengan cara wawancara atau tanya jawab.
Model ini memiliki langkah-langkah
yakni :
·
Menetukan
situasi yang membantu.
·
Mendorong
/ memotivasi siswa untuk mengekspresikan segala masalah yang ada, baik yang
bersifat positif maupun yang bersifat negative.
·
Mengembangkan
insight (pemahaman/ tilikan ).
·
Memotivasi
siswa sambil membantu membuat keputusan tentang jenis masalah dan membuat
rencana pemecahan masalah tersebut.
·
Memotivasi
siswa untuk mengambil keputusan mengenai jenis masalah dan tindakan
positif(dalam arti relevan dan signifikasi).
Model-model mengajar tersebut diurai kembali ke dalam beberapa model
mengajar, diantaranya ialah:
a. Model Berpikir Deduktif dan Induktif
Diantara sekian banyak model dan strategi serta metode
pembelajaran yang pernah ada dan dikupas banyak ahli pendidikan, satu
diantaranya adalah model pembelajaran berpikir induktif (learning
inductively). Berpikir induktif adalah pengambilan kesimpulan dimulai dari
pernyataan atau fakta khusus menuju simpulan yang bersifat umum. Proses
berpikir induktif berawal dari pengamatan lapangan atau pengamatan empiris dan
berakhir pada suatu simpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Hukum
yang disimpulkan dalam fenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis
yang belum diteliri. Sedangkan berpikir deduktif yaitu pemikiran yang
konstruktif atau deduktif bersifat mengevaluasi argument. Dan sifatnya lebih
dari hal yang bersifat umum menuju hal yang sifatnya khusus.
Logika dan matematika mempunyai peran penting dalam
berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kembali kebenarannya.
Sedangkan logika dan statistika mempunyai peran penting dalam berpikir induktif
untuk mencari konsep konsep.
b. Latihan Inquiry dan Scientific Inquiry
Inquiri adalah salah satu midel pembelajaran yang dalam prosesnya
bermula dengan mengungkap fakta-fakta sehingga menghasilkan teori.
Tujuan umum latihan inquiri adalah menolong siswa mengembangkan
disiplin- disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan dengan
memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu
mereka. Kemudian, dengan diadakan latihan inquiri ini diharapkan lebih kritis
dalam menyikapi permasalahan yang sedang dihadapinya, memperoleh dan mengolah
data secara logis dan agar siswa mengembangkan strategi intelektual secara umum
yang mereka dapat gunakan untuk mendapatkan jawaban atas peristiwa yang merekan
hadapi.
1)
Latihan
inquiri dimulai dengan memberikan kepada siswa suatu peristiwa yang menimbulkan
teka-teki;
2)
Mereka
dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir;
3)
Strategi
baru dapat diajarkan secara langsung sehingga siswa memperoleh tambahan dari
yang ada;
4)
Inquiri
secara kooperatif memperkaya cara berpikir siswa dan menolong mereka belajar
tentang hakikat timbulnya pengetahuan dan menghargai berbagai alternative
penjelasan.
Tujuan akhir latihan inquiri adalah agar siswa memperoleh
pengetahuan baru.
Model-model Mengajar Latihan Inquiri
1)
Tahapan-tahapan
Model
Latihan inquiri memiliki beberapa tahapan, diantaranya:
a) Tahapan Pertama : Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada
situai teka-teki
(i)
menjelaskan
prosedur inquiri (berbentuk pertanyaan yang hendaknya dapat dijawab dengan “ya”
atau “tidak”),
(ii)
mengemukakan
masalah.
b)
Tahapan Kedua
: Pengumpulan dan verifikasi data, siswa mengumpulkan informasi tentang
peristiwa yang merka lihat atau alami
(i)
membuktikan
hakikat objek dan kondisi,
(ii)
menyelidiki
peristiwa situasi masalah.
c)
Tahapan
Ketiga : Mengadakan eksperimen dan pengumpulan data, siswa mengjukan dalan
suatu situasi untuk melihat perubahan yang terjadi
(i)
memisahkan
variable yang relevan,
(ii)
mengadakan
hipotesis dan menguji hubungan sebab akibat.
Eksperimen-eksperimen fungsi:
- eksplorasi yakni mengubah benda-benda untuk melihat apakah yang akan terjadi, tidak memerlukan suatu teori atau hipotesis tetapi boleh menggunakan ide-ide untuk terjadinya suatu teori. Sedangkan test langsung berlaku apabila siswa-siswa mencoba suatu teori atau hipotesis selama tahap verifikasi, siswa boleh mengajukan pertanyaan tentang objek, cirri dan kondisi peristiwa.
d)
Tahap
Keempat : Merumuskan penjelasan, menyusun kaidah atau penjelasan
Guru mengajak siswa merumuskan penjelasan
e)
Tahap
Kelima : Mengadakan analisis tentang proses inquiri
Menganalisis strategi dan mengembangkan inquiri secara
lebih efektif.
Siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan
mereka. Mereka boleh menentukan pertanyaan yang lebih efektif, pertanyaan yang
produktif dan yang tidak, atau tipe informasi yang mereka butuhkan dan tidak
diperoleh.
2)
Dampak
Latihan Inquiri
a)
keterampilan
proses ilmiah
b)
strategi
untuk penyeledikan secara kreatif
c)
menambah
semangat daya cipta
d)
ada
kebebasan atau otonomi dalam bekerja
e)
memungkinkan
kerja sama (siwa-siswa ; guru-siswa)
f)
hakikat
kesementaraan dari pengetahuan
3)
Keguanaan
Inquiri
a.
membentuk
dan mengembangkan self-concept pada diri siswa,
b)
membantu dalam menggunaka ingatan dan transfer pada
situasi proses belajar yang baru,
c)
mendorong
siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif,
jujur dan terbuka,
d)
mendorong
siswa berpikir intuitif dan merumuskan dipotesanya sendiri,
e)
memberi
kepuasan yang bersifat intrinsic,
f)
situasi
proses belajar menjadi lebih merangsang,
g)
mengembangkan
bakat atau kecakapan individu,
h)
memberi
kebebasan siswa untuk belajar sendiri
4)
Meningkatkan
Teknik Inquiri
a)
membimbing
kegiatan laboratorium (memberi petunjuk dan perencanaan kegiatan laboratorium)
b)
modifikasi
inquiri
c)
kebebasan
inquiri
d)
inquiri
pendekartan peranan
e)
mengundang
ke dalam inquiri
f)
teka-teki
bergambar.
Dalam latihan inquiry guru berperan untuk:
(i)
Menstimulir
dan menantang siswa untuk berpikir;
(ii)
Menberikan
fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif dan bertindak;
(iii)
Memberikan
dukungan untuk inquiri;
(iv)
Menentukan
diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya;
(v)
Mengidentifikasi
dan menggunakan teach able moment sebaik-baiknya.
(vi)
Model-model
lain untuk mengembangkan kemampuan inquiry siswa melalui science (scientific
inquiry), ialah teka-teki bergambar, synthetics, kejelasan nilai-nilai.
c. Problem Base Learning
Banyak definsi yang menyatakan tentang PBL salah satunya
menurut Duch (1995), PBL adalah metode pendidkan yang mendorong siswa untuk
mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari
penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subjek. PBL
menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk
mendapatkan dan menggunakan secara tepata sumber-sumber pembelajaran.
Dalam PBL siswa benar-benar dituntut keaktifan dan
kemandiriannya. Karena guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau tutor yang
memandu mereka dalam proses pendidkan. Siswa dihadapkan dengan masalah dan
harus menyelesaikannya dengan kemampuan dan bekal pengetahuan yang mereka
miliki.
Proses pembelajaran dalam PBL diawali dengan siswa yang
dihadapkan dengan suatu masalah. Hal ini bermaksud agar mereka bisa
mengidentifikasikan masalah tersebut, apa yang harus dipelajari dan bagaimana
cara memecahkan masalah tersebut. lalu siswa mencari informasi mengenai masalah
tersebut dari berbagi sumber seperti buku, artikel, jurnal, informasi online,
atau bertanya langsung pada pakar permasalahan yang mereka hadapi. Setelah
mereka berahsil mencari informasi, mereka dikembalikan lagi ke masalah tersebut
agar dapat mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari lalu
menyelesaikannya.
d. Cooperative Learning
Istilah cooperative learning dalam pengertian
bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Slavin (1995)
mengemukakan “in cooperative learning methods, student, work, together in
four teams to master material initially presented by the teacher.” Jadi
menurutnya cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat sampai
enam orang secara kolaboratif sehingga dapar merangsang siswa lebih bergairah
dalam belajar.
Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative
learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama
teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat
mereka secara berkelompok.
Bennet (1995) menyatakan ada lima
unsure dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja
kelompok, yaitu:
1. Passive interdependence,
2. Interaction face to face,
3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi
pelajaran dalam anggota kelompok,
4. Membutuhkan keluwesan,
5. Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam
memecahkan masalah (proses kelompok),
Dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi model
yang diterapkan, yaitu diantaranya:
1.
Student
Team Achievement Division (STAD),
2.
Jigsaw,
3.
Group
Investigation (GI),
4.
Rotating
Trio Exchange,
5.
Group
Resume.
Dari beberapa model tersebut, model yang banyak dikembangkan adalah
model Student Team Achievement Division (STAD) dan Jigsaw.
SUMBER:
Dahlan, MD. 1990. Model-model
Mengajar. Bandung:
Diponegoro.
Roestiyah, NK.
2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Solihatin, Etin
& Rahardjo. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara.
Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
http://www.lrckesehatan.net/cdroms_htm/pbl/pbl.htm
Komentar
Posting Komentar