Periskop
Prinsip kerja periskop. Periskop di kiri menggunakan
cermin yang terletak pada "a", sedangkan periskop kanan menggunakan
prisma yang terletak pada "b". "c" adalah posisi pengamat.
Periskop merupakan alat
optik untuk mengamati dari posisi tersembunyi. Periskop
sederhana dapat dibuat dengan menggunakan tabung yang diberikan cermin paralel yang saling berhadapan dengan sudut
45° pada setiap sisinya.
Periskop sederhana sering digunakan
sebagai alat untuk melihat ketika dihalangi kerumunan orang. Periskop yang
canggih biasa ditemukan pada kendaraan tempur lapis baja dan kapal selam.
Selain dalam pembuatan periskop, cermin
datar pun dugunakan dalam teropong prisma. Dua buah cermin datar disusun
memberntuk suatu prisma segi tiga dengan sudut runcing tertentu. Penyusunan itu
dilakukan sebagai pengganti lensa pembalik pada teropong bumi. Pembentukan
bayangannya ialah sebagai berikut:
Dengan cermin disusun seperti itu maka
bayangan yang dihasilkan akan terbalik. Perhatikan sinar datang pertama setelah
memantul ke cermin cahaya tersebut berganti posisi, sehingga posisi bayangan
pun terbalik.
Membuat Periskop
Untuk membuat periskop, kamu hanya
membutuhkan dua cermin dan sesuatu yang menahan kedua cermin tersebut. Kemudian
kamu bisa melihat sekeliling kamu yang melewati perintang, memata-matai di atas
dinding, dan mempelajari hewan tanpa mengganggunya. Periskop digunakan kapal
selam untuk melihat keadaan di atas air; tetapi dengan bahan yang khusus dan
beberapa usaha kamu bisa membuat sebuah periskop untuk melihat ke dalam air.
Tambahkan lensa ke periskop kamu dengan gabungan yang tepat dapat memanfaatkan
pengalaman penglihatan. Pastikan untuk membaca kegiatan ini seluruhnya sebelum
kamu mulai (seperti halnya jika kamu melakukan semua aktifitas). Ada beberapa
variasi rancangan, dan salah satu pilihan kamu akan menentukan cara kamu
membuatnya dan bahan-bahan yang dibutuhkan.
Alat dan Bahan yang Digunakan
:: l Selembar kaca plexy atau kayu lapis
(ada di toko l Cat semprot hitam logam) dengan ukuran 60 x 90 x 0,3 cm kubik l
Silikon aquarium atau perekat l Meteran kayu l 2 cermin kecil 2 lensa cembung
(dari sepasang kaca mata tua atau ada di toko alat-alat labor) l Epoxy (jika
menggunakan lensa)::
Alat dan Bahan untuk Membuat Periskop
Kaca Plexy
::l Pemotong kaca ( agar kamu dapat
mematahkan kaca dengan rapi) l Lem plastik l Isolasi pipa dan gunting l::
Alat dan Bahan untuk Membuat Periskop
Kayu Lapis
::l Gergaji kayu l Cat tahan air l Paku
dan palu l Kaca plexy untuk tutup l::
Untuk cermin, kamu dapat menggunakan
cermin genggam. Potong tiap-tiap pegangan dekat cermin, biarkan cermin hanya
menempel pada plastik bingkainya.
Prosedur
1
Cara membuat badan periskop dari kaca
atau kayu lapis.:
Rancang dan buat ruang panjang dengan
empat sisi dan bagian ujung yang berlawanan terbuka, seperti yang terlihat.
Ukuran sisi dindingnya terseah kamu, ukuran yang bagus mulai dari 70 x 4 cm.
Alat tersebut akan beroperasi paling baik jika kamu mencat hitam dinding
dalamnya sebelum memasang kaca.
Jika menggunakan kaca plexy, potong
dinding periskop dan gabungkan dengan lem plastik. Biarkan lem kering.
Jika menggunakan kayu lapis, gunakan
gergaji kayu untuk memotong dinding.
Jika kamu bermaksud menggunakan periskop
kamu dalam air, gabungkan semua tepi dengan perekat. Kamu bisa mencat kayu
lapis dengan cat pelindung yang tahan air setelah melakukan perekatan.
Dalam beberapa kasus, mungkin berguna
untuk menguatkan periskop kamu dengan potongan isolasi tipis (untuk kaca plexy)
atau paku penutup kecil (untuk kayu lapis).
2
Baringkan periskop kamu mendatar di atas
meja dan posisikan cermin sejajar satu dengan lainnya, pada bagian yang
terbuka, dengan permukaan pantulan saling berhadapan. Atur cermin sehingga
ketika kamu melihat ke dalam satu bagian yang terbuka (lobang mata), kamu bisa
melihat objek yang jauh melalui bagian terbuka lainnya (penampakan). Ketika
cermin diluruskan ke atas dengan tepat (kalibrasi), lem bagian sampingnya denga
perekat.
Kamu bisa memperlebar area penglihatan
dalam periskop kamu dengan menambahkan lensa cembung yang rendah di samping
tiap cermin, posisikan sejajar satu dengan yang lainnya dan ke ujung periskop.
Gunakan epoxy dengan membubuhkan pada lensa. Sesuatu akan terlihat lebih kecil
daripada sebenarnya, tetapi kamu akan mampu untuk melihat lebih banyak.
3
Ketika periskop kamu kering, coba
melihat melaluinya. Lihat ke dinding, di bawah meja, seputar sudut, dan di
bawah sebuah lobang.
Cara membuat periskop bawah air Jika
kamu telah membuat periskop dengan dinding yang tahan air, kamu dapat
mengeluarkan cermin dekat lobang mata sehingga kamu dapat melihat lurus ke
bawah ke dalam periskop. Masukkan kembali cermin dengan memiringkannya. Bukaan
yang tersisa hanya untuk lobang mata dan panampakan, tempat cahaya masuk dan
keluar. Tutup bagian yang terbuka dengan sepotong kaca yang lebih besar
sedikit, dan lem kaca di tempat tersebut dengan perakat. Biarkan potongan
tersebut kering semalaman, dan periksa bila ada yang bocor. Jika kamu
menggunakan lem yang bagus, kamu dapat memasukkan ujung yang rendah ke dalam
kolam dan mulai menggunakan alat periskop untuk mempelajari ekologi bawah air.
kembali
Dua
Fisikawan Harvard : Berhasil Mengatur Kecepatan Cahaya
Sumber: Berita Iptek Topik: Fisika Tags: Kecepatan Cahaya, komputer kuantum,
panjang gelombang
Dua fisikawan dari Universitas Harvard,
Amerika Serikat, Lene Hau dan Walsworth – keduanya melakukan riset yang
terpisah, berhasil mengembangkan metode yang dapat mengatur bahkan menghentikan
sementara laju cahaya.
Mungkin kita akan terkejut dan
bertanya-tanya, bagaimana mungkin dua fisikawan dapat mengendalikan suatu ‘zat’
yang teramat halus, sangat ringan dan dan selalu melesat dengan kecepatan
300.000 km per detik. Inilah salah satu fakta riset yang dilaporkan Physical
Review yang terbit akhir Januari lalu.
Mereka tidak hanya berhasil menjinakkan
cahaya untuk mengatur kecepatannya, untuk memperlambat atau mempercepat, tapi
juga berhasil melepaskannya kembali pada saat yang dikehendakinya.
Boleh dibilang sampai saat ini saja soal
definisi tentang cahaya, para ahli belum ada kesepakatan. Apakah cahaya itu
materi atau gelombang?.Atau bersifat dualisme diantara materi dan gelombang?.
Dari segi sifat dan karakteristiknya
yang mempunyai panjang gelombang, tidak bermassa dan karenanya tidak mempunyai
momentum, cahaya bersifat seperti gelombang.
Namun pada saat yang sama,.ia bisa
menyerap dan memancarkan energi. Karena itu, cahaya adakalanya berperilaku
layaknya materi yang tidak bermassa.
Bagaimana Lene dan Walsworth bisa
menundukkan cahaya?. Ternyata keduanya mengaku hanya memanfaatkan perilaku
dasar cahaya dalam medium yang berbeda : cair atau padat.
Dalam kristal, contohnya, cahaya bergerak
relatif lebih cepat, dari kecepatan standarnya. Sedang dalam air atau benda
padat pada umumnya, kata Hau, cahaya ternyata bergerak melambat.
Lene Hau yang bekerjasama dengan Stephen
Harris (Universitas Stanford), menggunakan gumpalan ‘awan’ atom natrium,
sekitar satu setengah tahun lalu di laporkan berhasil memperlambat laju cahaya
dari 186.000 mil per detik menjadi 38 mil (61 km) per jam saja. Hasil
perlambatan ini adalah hasil riset selama 3-4 tahun.
Sementara Walsworth dan koleganya
menggunakan medium awan atom rubidium untuk menjinakkan cahaya sampai pada
kondisi yang memungkinkan beroperasinya satu model komputer kuantum.
Tahap berikutnya, menurut Walsworth,
kita tinggal mengatur berapa tingkat laju cahaya yang diinginkan untuk
kebutuhan aplikatif.
Meski demikian, ia sendiri percaya
memaksimumkan potensi kecepatan untuk membangun suatu komputer kuantum belum
tentu dapat menyamankan pengguna komputer sekarang.
Dan riset ini tentunya tidak hanya
menjadi masukan berharga bagi pengembangan teori tentang cahaya, namun juga
membuka lebar jalan ke produksi komputer kuantum, demikian komentar Bill
Delaney, fisikawan yang menjadi Kepala Biro Pemberitaan di CNN, Boston.
Menangkap
Ikan Menggunakan Cahaya
Sumber: Berita Iptek Topik: Pangan Tags: electrical light, penangkapan ikan
Menangkap ikan, adalah kegiatan
perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar
lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu, menjadikan kegiatan penangkapan ikan
mengandung ketidakpastian yang tinggi. Untuk mengurangi ketidakpastian hasil
tangkapan ikan tersebut, nelayan sudah sejak lama menggunakan sarana “cahaya”
sebagai alat bantu penangkapan ikan.
Sebelum teknologi electrical light
berkembang dengan pesat seperti sekarang ini, nelayan-nelayan di berbagai
belahan dunia menggunakan cahaya lampu obor sebagai alat bantu penangkapan
ikan. Pada awalnya penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan hanya
terbatas pada perikanan tradisional yang terletak di pantai saja, seperti
perikanan pukat pantai, sero, dan beberapa alat tangkap bagan lainnya. Namun,
seiring dengan berkembangnya kegiatan perikanan tradisional menjadi industri,
pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu berkembang luas untuk membantu
penangkapan ikan pada perikanan purse seine, bagan, stick held deep nets, dan
lain-lain.
Penggunaan cahaya listrik dalam kegiatan
penangkapan ikan pertama kali dikembangkan di Jepang sekitar tahun 1900,
kemudian selanjutnya berkembang ke berbagai belahan dunia. Indonesia sendiri,
penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan tidak diketahui dengan
pasti. Diduga, perikanan dengan alat bantu lampu berkembang dari bagian timur
perairan Indonesia dan menyebar ke bagian barat Indonesia.
Cahaya sebagai alat bantu penangkapan
ikan
Pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu
penangkapan ikan sesungguhnya sangat berkaitan dengan upaya nelayan dalam
memahami perilaku ikan dalam merespon perubahan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Hampir semua ikan menggunakan matanya dalam aktivitas hidupnya,
seperti memijah, mencari makan, dan menghindari serangan ikan besar atau
binatang pemangsa lainnya. Cahaya merupakan faktor utama bagi ikan dalam rangka
mempertahankan hidupnya. Atas dasar pengetahuan tersebut, maka nelayan
menggunakan cahaya buatan unttuk mendorong ikan melakukan aktivitas tertentu.
Secara umum, respon ikan terhadap sumber
cahaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bersifat phototaxis positif
(ikan yang mendekati datangnya arah sumber cahaya) dan bersifat phototaxis
negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah sumber cahaya).
Ikan-ikan yang bersifat phototaxis
positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap datangnya cahaya dengan
mendatangi arah datangnya cahaya dan berkumpul di sekitar cahaya pada jarak dan
rentang waktu yang tertentu. Selain menghindar dari serangan predator
(pemangsa), beberapa teori menyebutkan bahwa berkumpulnya ikan disekitar lampu
adalah untuk kegiatan mencari makan.
Namun demikian, tingkat gerombolan ikan
dan ketertarikan ikan pada sumber cahaya bervariasi antar jenis ikan. Perbedaan
tersebut secara umum disebabkan karena perbedaan faktor phylogenetic dan
ekologi, selain juga oleh karakteristik fisik sumber cahaya, khususnya tingkat
intensitas dan panjang gelombangnya. Hasil kajian beberapa peneliti menyebutkan
bahwa, tidak semua jenis cahaya dapat diterima oleh mata ikan. Hanya cahaya
yang memiliki panjang gelombang pada interval 400 sampai 750 nanometer yang
mampu ditangkap oleh mata ikan.
Pemanfaatan cahaya
Pemanfaatan cahaya untuk alat bantu
penangkapan ikan dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya buatan
itu sendiri. Masuknya cahaya ke dalam air, sangat erat hubungannya dengan
panjang gelombang yang dipancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang
gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan.
Faktor lain yang juga menentukan
masuknya cahaya ke dalam air adalah absorbsi (penyerapan) cahaya oleh
partikel-partikel air, kecerahan, pemantulan cahaya oleh permukaan laut, musim
dan lintang geografis. Dengan adanya berbagai hambatan tersebut, maka nilai
iluminasi (lux) suatu sumber cahaya akan menurun dengan semakin meningkatnya
jarak dari sumber cahaya tersebut.
Dengan sifat-sifat fisik yang dimiliki
oleh cahaya dan kecenderungan tingkah laku ikan dalam merespon adanya cahaya,
nelayan kemudian menciptakan cahaya buatan untuk mengelabuhi ikan sehingga
melakukan tingkah laku tertentu untuk memudahkan dalam operasi penangkapan
ikan. Tingkah laku ikan kaitannya dalam merespon sumber cahaya yang sering
dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan ikan untuk berkumpul di sekitar
sumber cahaya.
Untuk tujuan menarik ikan dalam luasan
yang seluas-luasnya, nelayan biasanya menyalakan lampu yang bercahaya biru pada
awal operasi penanggkapannya. Hal ini disebabkan cahaya biru mempunyai panjang
gelombang paling pendek dan daya tembus ke dalam perairan relatif paling jauh
dibandingkan warna cahaya tampak lainnya, sehingga baik secara vertikal maupun
horizontal cahaya tersebut mampu mengkover luasan yang relatif luas
dibandingkan sumber cahaya tampak lainnya.
Setelah ikan tertarik mendekati cahaya,
ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan sampai pada jarak jangkauan alat
tangkap (catchability area) dengan menggunakan cahaya yang relatif rendah
frekuensinya, secara bertahap. Cahaya merah digunakan pada tahap akhir
penangkapan ikan.
Berkebalikan dengan cahaya biru, cahaya
merah yang mempunyai panjang gelombang yang relatif panjang diantara cahaya
tampak, mempunyai daya jelajah yang relatif terbatas. Sehingga, ikan-ikan yang
awalnya berada jauh dari sumber cahaya (kapal), dengan berubahnya warna sumber
cahaya, ikut mendekat ke arah sumber cahaya sesuai dengan daya tembus cahaya
merah. Setelah ikan terkumpul di dekat kapal (area penangkapan alat tangkap),
baru kemudian alat tangkap yang sifatnya mengurung gerombolan ikan seperti
purse seine, sero atau lift nets dioperasikan dan mengurung gerakan ikan.
Dengan dibatasinya gerakan ikan tersebut, maka operasi penangkapan ikan akan
lebih mudah dan nilai keberhasilannya lebih tinggi.
Tantangan
Pemanfaatan lampu sebagai alat bantu
penangkapan ikan telah berkembang secara cepat sejak ditemukan lampu listrik.
Sebagian besar nelayan beranggapan bahwa semakin besar intensitas cahaya yang
digunakan maka akan memperbanyak hasil tangkapannya. Tidak jarang nelayan
menggunakan lampu yang relatif banyak jumlahnya dengan intensitas yang tinggi
dalam operasi penangkapannya. Anggapan tersebut tidak benar, karena
masing-masing ikan mempunyai respon terhadap besarnya intensitas cahaya yang
berbeda-beda.
Studi terhadap besarnya nilai intensitas
cahaya yang mampu menarik ikan pada setiap jenis ikan perlu dilakukan. Hal ini
penting, selain agar ikan target tepat berada dalam area penangkapan, juga
untuk menghindari pengurasan ikan tangkapan dan pemborosan biaya penangkapan.
Sebab tidak jarang, dalam operasi penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya ini
ikan-ikan yang belum layak ditangkap (belum memijah) atau bahkan masih juvenile
ikut tertangkap sebagai hasil tangkapan ikan sampingan. Bila ini dilakukan
terus-menerus, maka kerusakan sumberdaya ikan tinggal menunggu waktunya.
Oleh karena itu, banyak sekali
kajian-kajian yang telah dilakukan selalu merekomendasikan untuk penghapusan
alat tangkap yang menggunakan alat bantu ini. Hal ini disebabkan tingginya
tingkat ketidakselektifan alat tangkap yang menggunakan lampu dalam operasi
penangkapan ikan. Merupakan pekerjaan besar bagi perekayasa alat penangkapan
ikan ke depan untuk membuat alat tangkap yang mampu menseleksi hasil
tangkapannya sehingga mengurangi hasil tangkapan sampingan.
Komentar
Posting Komentar